Oleh: M. Saifun salakim
Pohon cemara yang berguguran masih berbunga rindu
Saat nektarnya merekat ketandusan jiwa ini
Dibawa lari sang camar waktu mengombal buih
Menepis busa kesenduan menggunung
Menuju debu pantai berserakan
Terbengkas oleh meteor dualisme keinginan ini
Anjing belantara rimbun menggonggong tubuh ini
Diserpihkannya di jalanan biru kemauan ini
Dengan tidak menginginkan sepoi-sepoi
basah menemani
Ditiupkan sang angin kesejukan hati
Malahan kunang-kunang berwarna putihlah menjamahnya
Lekatkan selalu dalam gulungan cahaya-Mu
Agar kunang-kunang itu dapat menari lincah
Selincat penari balet memukau rasa
Yang akan kukunyah bersama gambir tuba
Mengentalkan ludahku nian menyatu
Semerah tanah perkuburan baru menjelma
Menjelmakan diri ini berbunga kemboja
berpucuk ilalang
Dikenang dalam akhir bisikan senja
Bergendangkan petir dan kilat sambar menyambar
Dalam melantunkan syair angin merajut senja
Renungan, 18 November 2001 (22.30)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Oleh : Sarifudin, S.Pd. Guru bisa juga diistilahkan dengan tenaga pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuannya berusah ...
-
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Rasa mulas m elilit-lilit. Kening berkerut. Mulut mengucapkan kata Allah untuk menahan rasa sakit. “ Subhanallah!” jerit nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar