Oleh: M. Saifun salakim
Seutas tali pecut embun membedal kuda rembang
Berlari kencang menembus kepekatan jiwa semata
Menimbulkan debu berserakan
Yang menempel manja pada padang dan sabana
Di bibir jalanan kita yang terkilau sinar rembulan
Hingga terbit keluhan di sana
Mustikah kembang memekar harus menguncup lagi?
Terkulai
Terkena cipratan derasnya rinai hujan batu
Yang kita ciptakan sendiri
Seutas tali pecut embun membedal kuda rembang
Berlari kencang menembus keunguan sanubari semata
Menghampiri stasiun kehidupan kita,
lengkap peronnya
Seperti mereguk racun beribu episode kehidupan
Untuk menudiskan
Keterlindungan kita di tabir dinding aluminium
Mengembalikannya pada setitik kebekuan terindah
Bahwa membedal kuda rembang adalah bayangan
Sebagian diri kita yang hilang
Tercampak dalam sisa serpihan cerminan retak
Kursi Tamu, 13 November 2001 (15.50)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Oleh : Sarifudin, S.Pd. Guru bisa juga diistilahkan dengan tenaga pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuannya berusah ...
-
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Rasa mulas m elilit-lilit. Kening berkerut. Mulut mengucapkan kata Allah untuk menahan rasa sakit. “ Subhanallah!” jerit nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar