Oleh: M. Saifun salakim
Betapa merdunya dentingan gitar agamis
Melinukan insting kawat ilalang halus kita
Membeo rumput
Mengaji bintang di tengan langit memerah
Merahnya terasa memeras
Dirasuki oleh kedangkalan rawa-rawa bertebaran
Yang pernah kita injak oleh kaki-kaki kita
Dengan tanah benyainya
Senyapsunyi dalam geretan sampan nelayan
Memacu hari kian menyepi
Nyaris sampai haluan di tepian
Namun kecipak alunan terus menggunungi
punggung kita
Disini kita sudah terpurut
Hilang bentuk dalam supermini petikan kecapi bahari
Di ujung kerlipan suar di sana
Berserobotan imaji-imaji mencucup nanar
Hadirkan sinar kita di menara latah-latahan
Tinggalkan sesaat petikan kecapi
Waktu kita terkubur dari igauan danau lamur
Yang pernah kita arungi
Sampai ke tengah pusaran air bersama
Tenggelamkan kita dalam buih busa diri
Bahwa kita adalah pusaran air berputar ligat
Dengan berhenti di titik aksisnya dalam peraduan
Jalan Apel (Masjid Sirajuddin), 22 Oktober 2001 (20.30)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Oleh : Sarifudin, S.Pd. Guru bisa juga diistilahkan dengan tenaga pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuannya berusah ...
-
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Rasa mulas m elilit-lilit. Kening berkerut. Mulut mengucapkan kata Allah untuk menahan rasa sakit. “ Subhanallah!” jerit nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar