Oleh: M. Saifun salakim
Angin menyingkap diri dari air laut berlumut
Menanyakan pada sejagat
Masih bersemikah cinta dalam kobaran api,
Got, selokan, lorong-lorong kepengapan hidup,
Serpihan orbit planet,
debu membubul sepatu jalanan kota,
Serta tempat tinggal laksana kembang kertas
(Mereka kecut dalam seringai manis padaku)
Karena mereka tak bisa teriakan yel-yel cinta lagi
Yang dulu mereka busungkan !!!!!!!!
Dalam mekarkan kembang cinta mengepakan keharuman
Telah berderak
Menyisakan serpihan tulang belikat
Di lubuk batu memanjat sirih menguning
(Mereka hanya patung)
Hanya suka bersembunyi dalam kirai
Sambil tubuhnya mencium karpet bumi yang lusuh
Tak berani menatap kebenderangan nurmentari
Angin berlumut pun menjadi telanjang
Di hadapan burung merpati bertengger di atas batu
Yang selalu menyebarkan aroma cinta membubung langit
Serta seantero jalanan benua yang dilalui
Dengan meluruskan paruhnya pada kolam purnama
Memberikan sinyal ketal dalam mereguk air berwarna
Yang merupakan air cinta asli
Ada dalam kerinduan awan memagut raksi
Dan kebeningan kaca dalam mahligai
(Mereka pun jadi terkunci oleh gari cinta adalah pusara)
Jalan Atot Ahmad, 21 Oktober 2001 (09.00)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Oleh : Sarifudin, S.Pd. Guru bisa juga diistilahkan dengan tenaga pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuannya berusah ...
-
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Rasa mulas m elilit-lilit. Kening berkerut. Mulut mengucapkan kata Allah untuk menahan rasa sakit. “ Subhanallah!” jerit nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar