Oleh : M. Saifun salakim
Sebuah sisir menangisi hujan
Yang tidak henti-hentinya
Memarahi waktu yang mengalir
Di detak jantungnya
Puluhan ribu senyuman beku pecah dari kelopaknya
Bangkit dan membangunkan keinginannya yang terlepas
Berikan semangat pada sisir-sisir yang membiru jiwanya
Hingga sisir-sisir itu dapat menangkap sisa isaknya
Tatkala senandung hujan tinggal kerontangnya
Meja Kaca (PTK), 13042006
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Oleh : Sarifudin, S.Pd. Guru bisa juga diistilahkan dengan tenaga pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuannya berusah ...
-
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Rasa mulas m elilit-lilit. Kening berkerut. Mulut mengucapkan kata Allah untuk menahan rasa sakit. “ Subhanallah!” jerit nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar