Selasa, 24 Juli 2007

Syair Angin Dan Hujan

Oleh : M. Saifun salakim

Syair angin bersama deruan hujan
Bergema dalam baju seorang wanita
Yang melelehkan keringat semangatnya
Melumerkan dedaunan jiwaku meluruh
Dalam bergejolaknya air raksi
Terlalu mencerutkan dirinya tertahan
Di atas pohon durian berbuahkan kurma

Parafin sukma meluluhkan dinding coklat
Menusuk sum-sum sulbi kejadianku
Menafsirkan syair angin bersama deruan hujan
Menyibak jendela kabut mentari sanubari
Sungguh mempesonakan
Bertumpukan segala mutu manikam
Bahwa jiwa berasal dari kesturi
Bermuasalkan dian di antara semuanya

Durian Sebatang, 25 November 2001 (19.00)

M. Saifun salakim
P e n g e l a n a a n

Kelam menggigit pucuk dedaunan berterbangan
Menyibak tirai dara maskulin biru
Mengusik intuisi pengelana yang terpendam
Memakrifatkan jasadnya yang terlantar
Di jalanan langit baru yang berdebu
Menyisihkan sepercik serpihan pecahan kerikil
Atau setetes embun bercampu liur tuba
Menembus lempengan batu bersimpuh khidmad
Mencekungkan
Dalam membentuk danau keitikafan
Tempat bermainnya ikam mas penuh warna pelangi
Memanggul bandul tumbuhan karang menghampar
Berkilauan diterpa cahaya air mutiara kewangian
Keluar dari mulutMu terendam nyata
Di dasar samudera terdalam

Rantau Panjang, 26 November 2001 (16.00)

M. Saifun salakim
Keindahan Hayati

Kuhirup napasmu yang muncul
Saat fajar menyibak tirai kelambu
Jalanan beku di tabung saljumu
Menyegarkan indera rerumputan berbasahan
Dalam tafakur hati kemurnianmu
Masih ada menyisihkan
Segumpal kenektaran dalam gari kalbu
Untuk kubawa pulang sendiri menyendiri
Di perhentianku yang terakhir
Berdayungkan bahtera melebam ombak
Di sanalah aku berpaut

Rantau Panjang, 27 November 2001 (05.10)

M. Saifun salakim
Kidung Intuisi Dan Aplikasi
Di Atas Pasir Berdenging

Ketika kesyahduan menggelungi dirinya
Dalam selimut embun mereguk mentari
Maka menjelmalah kuntum bunga atma
Yang harumnya menapis setangkup kembang seroja
Atau selaksa kumbang mahligai bertuah
Dengan kepala sanubarinya mendongak awan putih
Menarekatkan onak yang mengaitkan dirinya
Walaupun dalam musim tuarang jauh bersemi
Semakin kuat menggigit relung naluri terdalam
Melantunkan kidung intuisi dan aplikasi hidup ini
Yang melenakan belalang dalam tafakur hakikatnya
Melekat erat di atas pasir berdenging

Rumah Idaman (Durian Sebatang), 2 Desember 2001 (06.30)

M. Saifun salakim
Bulan Bersujud Dalam Diri

Iqra mengentaskan ketulusan jiwa-jiwa batu
Melayari buih busa segara yang terus beriak
Dengan mengemudikan barka harapan
Kadangkala angin buritan melindas diri
Supaya bermain di balik kemulusan layar kalbu
Lalu angin buritan itu menepis ini-itu terkandas
Terciprat simburan air sajadah panjang melampar
Meresap khidmad penuh kesumat
Cinta selarik cahaya bulan
Bersimpuh murni dalam diri

Rumah Idaman (Durian Sebatang), 2 Desember 2001 (09.10).

M. Saifun salakim
Keheningan Yang Indah

Dalam keheningan senja mengantar kepekatan
Tefekur sesosok diri pada sebotol air putih,
Sesuap nasi remas, dan sekerat lauk pauk tersisa

Di antara kedalaman dua kelokan sungai menjelang
Yang kunang-kunangnya menari gila-gilaan
Laksana lampu kelap-kelip jalanan menghiasi kota
Menyeruakkan percik kewangian parfum melati dalam diri
Terlempar dari kembang-kembang madu kepekatan
Bersenda gurau dengan riak air ketenangan
Bercanda jiwa dengan gerungan bintang berkilauan
Beramah tamah dengan senandung bulan bertaburan
Dan irama gambus lampu gantung di sudut mata kalbu
Setelah terekam di senyap pembaringan ini
Beralaskan embun-embun
Sungguh indahnya merasuki jiwa

Sungai Bulan (Durian Sebatang), 4 Desember 2001
(17.43 – 21.00).

M. Saifun salakim
Imbas Lawar

Imbas lawarmu betukuk dalam buah limo
Menenes oleh semburan aik cenane
Yang tepetak pada tanah petapean kite
Tegulong pelangi
Dalam lamparan batu besinar
Di langit bepokok duak jadi sebutik

Pasdat (Teluk Batang), 12 Desember 2001 (13.00)

M. Saifun salakim
Kemanisan Fajar Menyingsing

Saat langit merengkahkan keharuman
Saat ketupat membelah kesilafan
Muncullah fajar menyingsingkan lengannya
Menyingkap lapisan kulit jangat diri
Dengan menggunakan waterpas untuk mengukur
Sudah sejauhmana tingginya sunrise bersinar
Mencumbu kembang sejati mengembang
Di peraduan hujan serasa hening
Waktu nurlilin berdendang syahdu
Dalam kemanisan yang tiada bersemu kentara

Jembatan Renungan Sore (DS), 16 Desember 2001 (18.00)

M. Saifun salakim
Simpuh Kelumeran

Pada lintasan suryakanta menyerik
Titik cahaya bersimpuh ketal di lumbung batu
Ketika detik mengeruh janji
Lalu kami pun lumer dalam torak perak

Kursi Depan (DS), 18 Desember 2001 (17.18)

M. Saifun salakim
Jam Diri Dalam Kaca

Gesekan daun jiwa diri bernyanyi satu-satu
Berpelukan dengan koridor waktu kesekian kalinya
Melantunkan kidung keringat dan embun berserakan
Di talam serpihan kaca-kaca jalanan jiwa
Yang ditingkahi lolong anjing mengaung keinginan
Dalam kepekatan yang tiada menyisakan
percikan tinta
Untuk mengguratkan syair terakhir dalam sumbu lilin

Tilam Malam (DS), 23 Desember 2001 (01.00)

(Dipublikasikan www.cybersastra. Net, 16 Mei 2002)

M. Saifun salakim
Bahtera Kudus Dalam Lautan Pelangi

Burung camar meriakkan alun mengombak
Mengombal bahtera yang telah kita larungkan bersama
Dalam melemparkan sauh jiwa di dasar samudera
Menyelam mutiara yang tersimpan
Di tepi siratan mata pulau impian
Untuk terdampar di sana!!!

Bahtera harus kita bulatpadatkan
Dengan berpakukan kekerasan langit
Dengan berpapankan kekuatan bumi
Dan berlayarkan kemuliaan koran sompak
Agar tegar menepis kerikil mata bidara

Air pasir membatu, dan gumpalan kabut indera
Menghadang setiap detik masa yang kita lalui
Demi mengesumatkan rabuk kesegaran kalbu
Mereguk butiran air danau nirmala
Melimpahkan perut rasa mengenakkan
Terus berkilauan disaput pelangi
Menguncup satu kerucut sukma
Membentuk ujung tombak ikrar kudus
Sebelum sirna ditelan senja merangkuli kemerahan itu

Batu Ampar, 24 Desember 2001 (12.18)

M. Saifun salakim
Wajah Alif Lam Mim

Iqra membuka lembaran alif lam mim
Pada goresan indah halaman illiyin
Mencetak sesosok wajah tersaruk Kursi
Di kelokan jalanan pengemis menghitung hari
Yang terus mencium mesra pusar bumi yang elok
Dengan dengusan manteranya membakar jiwa
Mencabik raga kita menjadi serpihan bantalan Alif
Bersumbukan Lam berdiankan Mim
Dalam lingkaran nillakandi Alif Lam Mim
tidak terbatas
Di titik terujung lautan luas Maha Sempurna

Batu Ampar, 24 Desember 2001 (13.00)

M. Saifun salakim
Wajah Beku Di Atas Lumpang Pasir Putih

Menatap sepi berserabutkan cairan diri
Meleleh di kelopak lembayung zikir angit
Mencucuk aroma bertebaran di sekitar karpet kalbu
Dekamkan dalam-dalam ribuan bintang gumintang
Bertaburkan mantera syahdu malaikat-malaikat
Melantunkan syair bulan merindu purnama

Wajah beku memancarkan keelokan sinar tiga rupa
Merah mengentalkan keluasan kata
Kuning menyelaraskan kecepatan gerak
Putih menampukkan ketebalan cindera karsa
Membulat
Bergulung satu dalam kehangatan raga kita
Pada gumpalan angkasa ratu berpantulan
Yang terhampar di atas lumpang pasir putih sendu

Lilin Malam, 28 Desember 2001 (20.00)

M. Saifun salakim
Bunga Rembulan

Bunga rembulan yang sinarnya selalu menerangi
Menguak sebuah satelit apollo yang terpendam
Di dasar kedalaman bumi sanubari
Agar meraih mekar aroma sebaranmu
Sekiranya tak ada jarak gravitasi menghadang
Tapi asa mendewa tetap terpatri bersemi
Kiranya bunga rembulan mau menjenguk
Penghuni di dalam satelit apollo tersebut
Yang menekuri dirinya sendiri

Graha Imaji, 29 Desember 2001

M. Saifun salakim
Kisah Orang Tak Memperoleh Rambutan

Rasa menenggak ludes madu kekentalan jalanan
Orang-orang mendendangkan musik hingar bingar
Melecutkan rockandroll berdentang mengerjap kebisingan
Lagu dangdut diri menekan kepanasan
Menyapa lembut siuran traffic light memompa atma
Bersamaan dengusan merkuri menyebarkan rindu
Melengketkan jiwa bunga batu terhampar jua
Menerabas padang yang luas terbentang
Dua kelokan mencerut satu
Terkena cipratan air dua kali empat belas
bulan purnama
Muncul di lumbung kesilafan kacamata
Mengabarkan sederetan syair-syair merdu
Tentang orang-orang itu
Tak memperoleh seikat rambutan manis
Yang ditebarkan pengemis kilauan perak dari langit
Oh………………
Kalbunya menguncup lebar mendalam
Dalam siklus pelangi bersinar jelas
Di lingkaran zenit mayapada kajian logika mendalam

Jalan Grasut, 30 Desember 2001

Tidak ada komentar:

Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh                                        Menjemput ji...