Oleh: M. Saifun salakim
Kota ini semakin lelah
Bertempik sesak memadati rongga-rongga udara
Berjuta penyakit datang menegur sapa
Ramah, segar berbias senyumannya
Bersama asap CO2 mengadakan karnaval mewah
Merah, semakin membuatnya lunglai
Wajahnya semakin coklat penuh kerutan
Berjalur dengan suara sendat tak berirama
Menorehkan lukanya, mengalir pelan-pelan
Di selokan kilauan menumbuhkan boroknya
Bau santer menyengat, mampet pada perotasian
Lingkaran kehidupannya
Kurus kering, tinggal tulangnya yang berzikir
Mematik-matik sumsumnya
Sejumput tersisa di serpihan asma illahi
Walau sanubari bisa merutuk sesal
Mendatangkan sang kesunyian menjemput idamannya
Biar istirahatnya dapat selapang lautan nada
Bernyanyi dan berkejar-kejaran dengan awan berarak
Kota ini semakin lelah
Tak kuat lagi berdiri
Tinggallah kursi roda temaninya
Mengantarkannya berjalan-jalan melihat senja
Berkelopak-kelopak untuk dirangkumnya
Menghiasi mahkotanya
Jalan Atot Ahmad (PTK), 03072004
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Oleh : Sarifudin, S.Pd. Guru bisa juga diistilahkan dengan tenaga pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuannya berusah ...
-
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Rasa mulas m elilit-lilit. Kening berkerut. Mulut mengucapkan kata Allah untuk menahan rasa sakit. “ Subhanallah!” jerit nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar