Oleh: M. Saifun salakim
Al Amiin…
Sudah sekian lalu berkelu
Baru kali ini bersua daku
Menyatukan hati serasa batu dan pasir
Mengekalkan wajahmu tetap hijau
Tidak kecoklatan atau kebiruan
Dalam lingkaran bulan penuh dan bintang bulat sabit
Menyesakkan petir menggonggong
Dalam diri seribu pengajian berlirih sunyi
Ditempaan serpihan-serpihannya
Membentuk warna-warni kilatan sinaran bercahaya
Serasa terang benderang
Penuh hiasan lampion bertahta
Ramah menyapa
Al Amiin…
Disini
Di karpetmu yang lembut sejuk menusuk
Menggigilkan urat-urat nadi merasakan kedamaian
Ketenangan yang menggelorakan pasangnya
Di aluran janji yang sebelum sudah dihembuskan
Begitu mewah menanamkan satu saja
“Kuhanya abdi dan milikmu seorang”
Al Amiin… Al Amiin… Al Amiin…
Di kaki tiga satu getar napas meradang
Biarkanlah kutak ingin pulang kandang lagi
Ke lubuk pernik-pernik goni berserabutan itu
Dari kembaraanku yang melingkar-lingkar bukit,
Mengental-ngental gunung, melekang-lekang tuarang,
Menghutankan butiran bening berhamburan
Mengetas-getaskan langkah menapak
Di atas debu mendebu jalanan yang pernah dilalui
Jalan Atot Ahmad (PTK), 29062004
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Oleh : Sarifudin, S.Pd. Guru bisa juga diistilahkan dengan tenaga pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuannya berusah ...
-
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Rasa mulas m elilit-lilit. Kening berkerut. Mulut mengucapkan kata Allah untuk menahan rasa sakit. “ Subhanallah!” jerit nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar