Oleh: M. Saifun salakim
Nanggroe Aceh Darussalam
Wajah mendungmu sepucat dini bertajuk sini
Mungkin bisa kami sunting kembang sebagai catatan kaki
Sebuah pembelajaran buat kami untuk mengoreksi hati
Terlalu lama tak pernah dibersihkan kapas intuisi diri
Sudah banyak rumput liar kami renggut
dari taman suburnya
Tapi tidak pernah kami suburkan
kembalikan dirinya
Sudah banyak kami minum air sampai mabuk bahkan tercemar
Tapi tidak pernah kami bersihkan dan beningkan
Sudah banyak kami ganyang kolang-kaling penambah indah suasana
Tapi tidak pernah kami sadari arti siapa pemberi keindahan itu
Menundukan sujud kebaktian
Malahan coreng moreng banyak terpajang di jalanan
Nanggroe Aceh Darussalam, dengan sesal berserah diri
Berjuta-juta kami ikhlaskan raga untuk tiang kotamu
Berbuku-buku darah untuk minuman penyegarmu
Bergumpal-gumpal kalbu untuk pondasi
megah kotamu
Biar kamu tegar menjulang lagi dengan wajahmu
yang gagah
Selalu jadi impian masa depan gadis remaja
Dari belahan nusantara dan mancanegara
Untuk jadikan suaminya setia sampai
penantian berakhir
Di sudut tulisan-tulisan tangan Illahi
Berbini
Pontianak, 29122004
(Dipublikasikan di Pontianak Post, 13 Februari 2005)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Oleh : Sarifudin, S.Pd. Guru bisa juga diistilahkan dengan tenaga pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuannya berusah ...
-
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Rasa mulas m elilit-lilit. Kening berkerut. Mulut mengucapkan kata Allah untuk menahan rasa sakit. “ Subhanallah!” jerit nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar