Oleh: M. Saifun salakim
Pasangnya akar zaman berzaman
Menyeret langkah pengemis tua dengan wajah kelimis
Ibu masih temani saya dengan naungan
kasih sayang
Di gerbang batas lambaian doa pudar
Anak kijangnya masuk kandang buatan
Disiluetkan sebagai pengganggu keasrian
Gelayut songket berjaya bergantung sinis
Setengah rembulan menyapa diliputi awan daru
Menitiskan tangisannya sudah kering di lautan terbuka
Padahal air kebutuhan hidup masih biru seperti dulu
Ibu, kasih sayangmu masih berbunga
Tumbuh putik tumbuh kantil
Sebagai kandil yang telah dicampakkan orang kini
Biarlah jadi ikatan tulang rapuhnya
Menopang tubuhnya berdiri tegap
Tetap merasai nikmat umurnya walau pendar serta serat
sebab tidak dilolosi air-air pelancarnya
Terlalu banyak disimpan-simpan orang tak punya rasa
Ibu, . . . ! Ibu . . .!
Tunggulah saya menetap di ari-arimu. . . . . . . . . .
Pontianak, 30122004
(Dipublikasikan Pontianak Post, 13 Februari 2005)
Kamis, 26 Juli 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Oleh : Sarifudin, S.Pd. Guru bisa juga diistilahkan dengan tenaga pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuannya berusah ...
-
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Rasa mulas m elilit-lilit. Kening berkerut. Mulut mengucapkan kata Allah untuk menahan rasa sakit. “ Subhanallah!” jerit nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar