Oleh: M. Saifun salakim
Debu-debu halus berterbangan lincah
Kekuningannya menghiasi saku-saku baju
Wajah segar gemilang katakan permata
Selalu mahal dalam kenang-mengenang
Wajah luka-luka dalam kesucian
Bila rindu membakar jiwa berkerontang
Minumlah puas air kualan pengobatnya
Titip senja kadang tak singgah di untaian peluru
Hanya mendesing sanubari pun bersimbah darah
Mengalir garang, menerjang, dan mengaiskan
Senyuman tak tertiris di nyiru
Sudah begitu rapuhnya, usangnya, lapuknya,
Hanya huruf paku yang mengartikan bahasa hatiku
Terkelupas oleh getahnya kelat lembaran sajadah
Dalam doa itik-itik yang mandi tengah malam
Saat musim dingin berselimutkan diri berbintang
Satu menembus kekenyalannya pekat menetas
Zenit kasihnya teratas
Debu-debu pun luruh dalam lancarannya
Mengantar seribu rinduku lewat merpati
Dengan kemungkinan si putih menyampaikan gelora
Ombaknya yang bertahan di sepiku ini
Sebutir masjid di saat lilinku meleleh
Kentallah berpadu
Manisnya
Sepercik Lilin (Balber), 24032004
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Oleh : Sarifudin, S.Pd. Guru bisa juga diistilahkan dengan tenaga pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuannya berusah ...
-
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Rasa mulas m elilit-lilit. Kening berkerut. Mulut mengucapkan kata Allah untuk menahan rasa sakit. “ Subhanallah!” jerit nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar