: Lima Huruf Abad
Oleh: M. Saifun salakim
mawar mentari, mawar mentari, harum semerbak !
bayanganmu melepah di selendang antarkota
adalah ketajaman pena jiwa
mengajak kami untuk menguntai sajak-sajak romansa
tercipta dari selokan-selokan kaleng rompengan,
tamborin tak berirama, nisan tak bertanda,
lilin tak bersenda kata, dan jeritan tak terasa
tak didengar oleh telinga mereka, congekan !
padahal lagu itu didendangkan sungguh santer
bahkan menggelorakan langit badai bertasbih
leleh sebutir demi sebutir dengan lirihan mortir
telunjuknya di atas lembutnya ambal janji diri
mengejal. Kaku. Biru. Sendu. Pucat. Mayat.
Tapi engkau tetap bercahaya
Kala di sudut persimpangan dua pun
Menjamah dan membelai tubuhnya
Mau ke kanan dan mau ke kiri
Engkau rangkul dan tuntun kami menuju satu
Pada lamparan sejuta kerang mutiara
Pasir berpuasa mutih, ombak tiada riak
Senja terlukis indah
Mengguratkan suatu maket mahligai abadi
Dengan air sebagai kanvas mengalir
Pulanglah ke pantai peraduannya
Bercumbu engkau dengan bianglala di dalam masjid
Kala malam terbelah dua
Di tengah sinaran bulan samarata
Bergelimang kasih di zenit cakrawala
Menutup urat nadi
Balber, 19052004
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Oleh : Sarifudin, S.Pd. Guru bisa juga diistilahkan dengan tenaga pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuannya berusah ...
-
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Rasa mulas m elilit-lilit. Kening berkerut. Mulut mengucapkan kata Allah untuk menahan rasa sakit. “ Subhanallah!” jerit nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar