Pusing menyerang pusat saraf kepala penyair. Bertubi-tubi. Hingga beberapa kali penyair menyenam kepala dengan gerakan senam yang ringan agar kepusingan itu menghilang. Ternyata kepusingan itu tidak menghilang malahan kepusingan itu terus memberati pusat saraf penyair.
Penyair mencari cara lain untuk menghilangkan kepusingan itu. Penyair menemukan caranya, yaitu membasuhkan kepala yang pusing dengan kejernihan dan kesejukan air Sungai Kualan.
Akhirnya penyair turun dari jembatan menuju Sungai Kualan. Penyair membasuh kepala yang pusing itu. Kesejukan air Sungai Kualan mulai menyerap dan menyerang kepusingan. Kesejukan dan kepusingan mulai beradu di kepala.
Alhamdulillah, kepusingan itu sedikit berkurang. Penyair bersyukur kepada Allah yang telah memberikan anugerah itu.
Penyair pun mengambil sebuah kesimpulan dari tampilan kehidupan tadi bahwa dalam mengatasi kekalutan, kegundahan, dan kebimbangan kita harus mampu bersikap jernih, tenang, dan kepala dingin.
~&&&~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Oleh : Sarifudin, S.Pd. Guru bisa juga diistilahkan dengan tenaga pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuannya berusah ...
-
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Rasa mulas m elilit-lilit. Kening berkerut. Mulut mengucapkan kata Allah untuk menahan rasa sakit. “ Subhanallah!” jerit nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar