Gerimis datang pelan-pelan. Menyapa lembut sekujur tubuh yang tak berbaju. Mengelus dengan ketenangan. Meninggalkan titik-titik halus yang penuh kedamaian. Kedamaian yang menyeruak dalam sebuah perasaan dan hati. Memberikan penilaian bahwa kehidupan ini begitu indah dan bahagianya untuk dinikmati. Rugi sekali kalau kehidupan ini hanya dibuang percuma dan dibiarkan berlalu tanpa dinikmati dengan perasaan dan hati.
Sudah kodrat embun. Dia harus menumpang untuk menempel pada rerumputan. Sekadar dia ingin menikmati keindahan fajar yang diberikan Sang Maha Pencipta. Menikmati kehidupan dengan segenap perasaan dan hatinya. Untuk kenikmatan itu, dia harus rela tubuhnya dilibas lenyap oleh bola kepanasan yang sebentar lagi memunculkan dirinya. Tetapi dia rela dan ikhlas. Asalkan kebahagiaan perasaan dan hatinya terpenuhi. Asalkan kenikmatan hidup dapat dinikmatinya. Asalkan ketenangan dan kedamaian perasaan dan hati dapat dirasakannya.
Sungguh sebuah pengorbanan yang patut diacungi jempol.
Demi sebuah kenikmatan hidup, kebahagiaan dan ketenangan perasaan dan hati, embun harus rela dan ikhlas mengorbankan dirinya. Embun harus rela dan ikhlas dibakar kepanasan dan dilenyapkan dari kehidupan ini oleh bola kepanasan.
~&&&~
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Oleh : Sarifudin, S.Pd. Guru bisa juga diistilahkan dengan tenaga pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuannya berusah ...
-
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Rasa mulas m elilit-lilit. Kening berkerut. Mulut mengucapkan kata Allah untuk menahan rasa sakit. “ Subhanallah!” jerit nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar