Kertas-kertas lusuh itu telah mencoba membunuh penulis
Dengan kelemahlembutannya di siang hari ini
Kala kepanasan telah mengirimkan kesepian
Sebagai pasukan tempur yang gagah berani
Membantai siapa saja yang menghalangi kehendaknya
Serakannya terlihat memamerkan senyuman
Tak terurus dalam buangan sampah plastik
Mencabik usus-usus kehidupan sampai ribuan meter
Berceceran darah menjerit tak terima
Diperlakukan semena-mena tanpa rasa kemanusiaan
Bahwa dia juga mahluk Tuhan yang bernyawa
Pensil sudah tumpul bahkan botak badannya
Tak lagi bergeming mengajak penulis bercinta dalam kisah
Karena jiwa-jiwanya telah habis dipeloroti dilema
Menikam mutiara kehidupannya berkali-kali
Sehingga dia tak bisa mengaduh ke sekian kali
Kecerahan jalan pun menggerakkan roda hidupnya
Banyak orang menemukan penulis yang mati
Tetapi masih menyisakan sekuntum senyumannya
Yang sungguh bermakna
Di lorong waktu yang sudah tak punya hati
Di badan kertas lusuh yang sudah tak punya matahari
Di mata pensil yang sudah tak punya gigi
R. Guru (Balber), 03042008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Oleh : Sarifudin, S.Pd. Guru bisa juga diistilahkan dengan tenaga pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuannya berusah ...
-
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Rasa mulas m elilit-lilit. Kening berkerut. Mulut mengucapkan kata Allah untuk menahan rasa sakit. “ Subhanallah!” jerit nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar