Oleh: M. Saifun salakim
Bianglala menekuri tauhid raganya
Melampar di kerumunan awan yang berarak
Di atas embun yang duduk manja
Di heningnya malam dalam peraduan
Di dinginnya salju dalam haribaan
Di tenangnya segara yang bertarekat sepi
Menghitung zikir hari yang kian menggila
Tiada henti dan tiada terhingga
Hingga meneteskan percikan mutiara jernih
Memutari bening kaca dan menggulungnya
Lalu membentuk sesosok kabut bianglala
Sebening kaca
Kamar Sunyi, 13 September 2001 (20.40)
(Dipublikasikan di Antologi Bianglala, Oktober 2001 dan Harian Kapuas Post, 2001)
Rabu, 12 September 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Oleh : Sarifudin, S.Pd. Guru bisa juga diistilahkan dengan tenaga pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuannya berusah ...
-
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Rasa mulas m elilit-lilit. Kening berkerut. Mulut mengucapkan kata Allah untuk menahan rasa sakit. “ Subhanallah!” jerit nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar