Minggu, 22 Juli 2007

Puisi M.Saifun salakim

M. Saifun salakim
Kemahabesaranmu

Setiap kali aku selalu memfasihkan namamu
Membuat debaran hati ini semakin dalam
Semakin bersemangatnya aku menyenandungkan namamu
Dengan kecintaanku yang meluap-luap
Seperti luapan air menuju pantai
Menghiasi jiwa ini
Memenuhi rongga hati ini
Kurasakan sendiri begitu segarnya

Kemahabesaranmu begitu banyaknya
Selalu kamu berikan pada orang-orang yang beriman
Pada orang-orang yang bertakwa
Pada orang-orang yang selalu setia
Memegang amanah dan janji-janjimu
Yang telah terpatri pasti
Dalam alquran, dalam hadist, dalam ijtihad

Allah…
Aku tak akan berhenti memfasihkan namamu
Sampai bibirku kelu tak bersuara

Allah…
Kuingin jadi hambamu yang beriman dan bertakwa
Selalu ada di hatimu selama-lamanya

Kampung Padang (Ketapang), 05072007

M. Saifun salakim
Hanya Untukmu

Kueja ayatmu setiap hari
Agar fasih lidahku bicara
Tentang kepengasihanmu
Dalam mengasihi hambamu yang lemah ini

Ayatmu selalu jadi pedoman hidupku dalam melangkah
Memaknai hidup-hidupku di dunia fana ini
Agar selalu berjalan di rel kebenaran
Demi keinginanku untuk bertemumu
Di hari kiamat nanti

Allah…
Kuingatkan hatiku setiap saat
Untuk melaksanakan kewajibanmu
Salat lima waktu sehari semalam
Melaksanakan rukun iman
Melaksanakan rukun islam
Dalam aluran kehidupanku
Agar mendapatkan ridamu yang tulus
Untuk menjadi hambamu yang beriman dan bertakwa

Allah…
Kudorongkan jiwaku berbuat ikhlas dan tawakal
Setiap masa yang terus berganti
Dalam bermuamalah, bermuhasabah, berhabluminannas
Di detik napasku yang selalu menyukuri kenikmatanmu
Yang telah kau berikan padaku
Agar mendapatkan perkenanmu yang baik
Untuk menjadi hambamu yang sabar dan ikhlas

Allah…
Semuanya ini hanya untukmu

Kampung Padang (Ketapang), 05072007

M. Saifun salakim
Penantian Untuk Sebuah Kepastian

Aku tak akan pernah letih menunggui malam
Yang turun dari setitik demi setitik butiran bening
Mengalir dari atas cucuran atap kantor jiwa
Lalu terus tembus mengalir ke sungai kedamaian
Memuarakan sebuah keinginanku meluap-luap
Memunculkan riak airnya bernapas segar
Apakah hidupku hanya sebuah penantian

Kubiarkan jejak makna yang tertinggal di tanah hati
Meruap dan kadang melembuti ari-ari panjang
Tak pernah menemukan tempatnya bersemayam
Menanamkah harapan dan kecintaannya yang resah

Keresahan bergerak dengan cepatnya
Dalam tulisan huruf wajahku kali ini
Tanpa koma, tanpa titik, mengalir terus ke ujung jalanan itu
Terangkai dalam artikulasi kata-kata yang luka merekah
Menyemburkan darah yang menyebarkan bibit-bibit kenisbian diri
Apakah penantianku sia-sia malam ini

Aku tak pernah letih menunggui malam
Yang tak pernah tahu aku sudah lama menunggunya
Sekian masa yang kulewati tanpa pernah menyapaku

Aku tak peduli
Aku akan terus menantinya
Menantinya untuk sebuah kepastian
Kepastian malam yang dapat membagi rindunya padaku
Kepastian malam yang dapat membagi kenangannya padaku
Kepastian malam yang dapat membagi keperihannya padaku
Kepastian malam yang dapat membagi cinta dan kasih sayangnya
Yang tulus murni dan rela menerimaku dengan segenap jiwanya

Kantor Borneo Tribune (PTK), 14072007


M.Saifun salakim
S e k u n t u m
: Edelia W.

sekiranya kuntum itu mewangi
berilah keharuman itu pada seluruh nadi-nadi kehidupanku
Yang kini terbelenggu geletar rindu terus menjeratku
jika sekiranya rindu adalah samudera luas
akan kudeburkan bahteraku merencahnya
memainkan ombaknya yang jernih
menikmati pantulan bayangannya yang indah
kala senja memberikan warna yang menawan
aku pun akan labuhkan bahteraku
pada sebuah pulau yang paling terindah
orang-orang menamakan pulau kebahagiaan
berada di jejeran selat yang dalam
berada di kedalaman lautan yang menyelami mutiara
selalu ingin dimiliki
oh kuntum...
mekarlah engkau jadikan bunga dalam hati
walau secuil nektarsarinya kecoklatan
aku tak perduli dengan keangkuhan itu
kuntum
kembanganmu jika sekiranya engkau berkembang
akan kujadikan sayap-sayap dalam tubuhku
untuk terbang mengelilingi dunia luas ini
walau nantinya malam akan menikam kepekatan mata jiwaku
menukikkan tubuh pada tanah keingkaran waktu
aku tak perduli dengan kematian syahdu sesaat itu
izinkanlah....
oh kuntum
bersemayam di lautan matamu berbinar-binar


M. Saifun salakim
Regukan Malam dalam Teh Susu dan Energen
Buat Bang Wisnu Pamungkas

Malam serasa mengekori cinta sinar detik ini
Berpacu dengan napas dua orang pencinta setia
Memampirkan jiwanya di warung emperan
Tak pernah sepi dengan wajah tak dikenal
Hanya menampilkan senyuman sebagai tanda persahabatan

Regukan teh susu dan energen
Menambah suasana semakin hangat
Dalam pergulatan pikiran-pikiran membuncah
Beradu kata-kata berliuran makna
Membengkas masa yang terlalu angkuh bertahta
Di singggasana cintanya yang kelam membiru
Mengekang napsu dan harapan kita saat ini
Agar dapat menuruti keinginannya
Yang sudah terlalu letih menapakkan jalannya
Lalu kita dipojokkannya
Di sudut ruangan sepi tanpa sinar

Tapi dua orang pencinta setia masih tetap setia
Membelasah kenangannya dalam kesenyapan malam
Mengguratkan nada-nadi tangannya
Membentuk sketsa-sketsa diri
Yang memanjang menjangkau suatu akhir perjuangan
Dalam pergumulan nasib yang telah ditakdirkan illahi
Sepanjang sungai perjalanan yang telah beku

Ia masih mampu berzikir
Walau jerat kembali padanya
Telah melampau batas jiwa
Sudah mengajaknya pergi
Pergi untuk meraih kecintaan yang meluber
Di regukan terakhir teh susu dan energen yang kosong Berjendelakan sedikit butiran keruh

Warkopad (Imbon-PTK), 15072007

M. Saifun salakim
Mengingat Cengkrama denganmu
Buat Bang Wisnu Pamungkas

Cengkrama ini terus saja menulisi hari-hari
Dalam cerita sejarah untuk menciptakan pedoman yang baik
Walau kepekatan hari terlalu garang menghapus memori arti
Mengabaikan kenyataan yang enak -enak
Diungkapkan dalam denyar-denyar pergulatan otak
Terus bergerak seputaran jarum jam menikam jantung

Busa demi busa obrolan mengalir sederas air
Selalu kita reguk dengan tak bosan-bosannya
Walau saat ini sedang terjadi kemarau panjang

Di samping sebelah kita rumah makan berteriak menyapa
“Makanlah aku. Sudahi kelaparanmu dengan kekenyangan.”

Cengkrama ini masih saja menanamkan urat akarnya
Menjalari tanah-tanah kelembutan sepasang nada-nadi
Bernama merkuri dan lampu jalanan yang condong ke kanan
Dengan masih menyisakan sebuah kenangan
Untuk disimpan dalam serabutan memori sejengkal mati

Hari ini dan seterusnya kita berikrar dalam diri
Kita harus menjadi orang terkenal di lapisana bumi mana saja
Lewat perkenalan bait-bait kita yang bertebaran
Menembus awan, langit, sungai, samudera
Bahkan menjamah angin yang tak menampakkan wajahnya

Rumah Sendiri (PTK), 17072007

M. Saifun salakim
Hadirlah Dirimu

Geletar rindu tak bisa kubendung
Terus saja menghiasi hatiku
Sekilas wajahmu yang cemerlang
Bermain di setiap denyut nadiku
Mampu mengalirkan kesegaran seluruh perasaan
Mampu menyinariku dalam kesunyian

Wahai kekasih sejatiku
Hadirlah engkau di hari kasih ini
Menumpahkan hasrat-hasrat membeku
Biar mencair seperti air sungai
Terus mengalir di muaranya
Tempat menyatunya sayang
Yang hanya satu
Di pertemuan kita di musim semi

HP (Ptk), 21072007

Tidak ada komentar:

Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh                                        Menjemput ji...