Oleh: M. Saifun salakim
Lukanya hujan yang meruak
Biarlah kubalut dengan perca embun
Mengecup sayang kening putik jagung berbunga
Hadirkan sejuk alami sungguh nian
Resapi bulir-bulir tasbih denyut kehidupan
Panas mengekang libaskan pancuran shower
Menggenang di kolam-kolam serasa bening
Lancarkan bening-bening asyik bertaburan
Penuh harum-harum wangi menyebar
Menggilas taring-taring duri berserakan
Tiap ruas jalanan yang telah kutempuhi
Merahnya wajah hujan pun berkaca sendirian
Biarlah kuputihkan lagi dengan serat kapas
Walau semuanya berlepas-lepasan sudah
Dari senandung yang pernah bersua
Saat koor, seirama dulu
Meriilkan restannya cuma bisu
Hujan pun berpagar awan mengoyak
Semen beton, permata antik mengarak
Kekal dan kental nian lalu kuabadikan
Bahkan kupatrikan di lukisan pasang surut
Dengan hiasan catatan kaki mengukir diri sendiri
Bahwa aku tetap sahabatmu
Balber, 12122004
Kamis, 26 Juli 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Oleh : Sarifudin, S.Pd. Guru bisa juga diistilahkan dengan tenaga pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuannya berusah ...
-
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Rasa mulas m elilit-lilit. Kening berkerut. Mulut mengucapkan kata Allah untuk menahan rasa sakit. “ Subhanallah!” jerit nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar