Kamis, 26 Juli 2007

Setangkai Lilin

M. Saifun salakim

Setangkai lilin dipetiknya dari hutan cuci-caci
Dan juga dirangkumnya sebuket
Hiasan belantara pati-maki
Sebuah makanan kehidupan yang lezat
Menangkis debu-debu pekat saling berlomba-lomba
Dengan derap tembang tajam sinis mengilu rasa
Agar mencemongi wajah polosnya dengan warna-warni
Ditepisnya dengan garang
“Aku masih bisa bernyanyi merdu”
walau sumbang kaleng rombeng
gitar bolong
“Aku masih bisa bergelora bersama ombak menata buih”
walau tak pernah yang mau menolehkan diri
dengan senyuman berarti
adalah cahaya menusuk jantung kami
yang kemilaunya
adalah pembungkus tubuh ini

waktu terlewatkan sedenyut tarikan napas
berserabutlah duka menata peka padanya
membiarkan bersujudnya Mekkah di nano-nanonya
gelombang air salju mengalir terlalu mahal
untuk mengalir ke sungai bermuara bening itu
tak mentawa
oh kapuas
kita masih saudaranya

Rugu Sunyi (Balber), 30052004

Tidak ada komentar:

Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh                                        Menjemput ji...