Oleh: M. Saifun salakim
Sepi terasa hidup
Hidup adalah bintang-bintang
Hidup adalah lautan maha luas tanpa tepian
Hanya ada di ujung sana
Hidup terasa tenang
Tenang adalah kebeningan air
Tenang adalah kesegaran panorama rasa
Hanya ada di tirakat jiwa
Lima kali sehari semalam di ujung rona
Tenang terasa jaya
Jaya adalah kepekaan dalam lantun tamborin cinta
Anak-anak kepanasan mencari impian
Di terik mentari
Di tumpukan sampah membusuk
Di lengkungaan suara parau-menyerak
Di ratapan kerontang perut meminta
Jaya adalah welas asih dalam hitungan umur
Bahwa hanya ada azan, sajadah Mekkah,
Permadani lembut Madinah di helaan napas
Berserabutan keluar
Menghitung sedetik kiamat menyapa
Jaya terasa kematian memanggil setiap waktu
Kematian adalah ketundukpasrahan dalam kabu-kabu
Menekuri tauhid raga dengan Allahu akbar
Kematian adalah perjalanan dengan senyuman berarti
Menelusuri padang maha luas
Dengan damai menjamah
Membelai dalam lenaan ayunan Maha Sempurna
Hanya ada dalam wujud pokok durian
Di serakan jalanan bianglala telah ditelan
Dengan Laa Illaha illullah Muhammadurrasulullah
Kusan (Balber), 0405204
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Oleh : Sarifudin, S.Pd. Guru bisa juga diistilahkan dengan tenaga pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuannya berusah ...
-
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Rasa mulas m elilit-lilit. Kening berkerut. Mulut mengucapkan kata Allah untuk menahan rasa sakit. “ Subhanallah!” jerit nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar