Saat kemarau bukan kemarau lagi
Banyak pikir menguntai kata-kata berarti
Dalam catatan harian seribu melodi Dini
Menanyakan kemana diri harus diabadikan
Apakah dalam kemolekan sanubari
Atau dalam tonggak keperkasaan imaji-imaji
Saat kemarau bukan kemarau lagi
Banyak logika bermain senda
Dalam coretan kancah-kancah politik
Semakin gila dengan kegilaan benda
Tak punya rasa untuk mengabadi ragawi sendiri
Di kepedulian ukhrowi atau hapus di kuku manusiawi
Saat kemarau bukan kemarau lagi
Banyak sabda harus diletakkan pada tempatnya
Tempatnya di tempat perenungan kekerdilan jiwa
Membersihkannya tanpa menghitung kekesalan diri
Saat kemarau bukan kemarau lagi
Banyak lafal harus diucapkan benar
Dalam seribu malam bercahaya seri
Mengujuri tubuh dengan sinarnya yang alami
Saat kemarau bukan kemarau lagi
Di sinilah hasrat iman menagih janji
Pada Sang Ilahi
Bersihkan semua hati dari nafsi-nafsi
Dengan datangkan ramadan di akhir kini
Kompleks Kampung Melayu (Balber), 09082009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Oleh : Sarifudin, S.Pd. Guru bisa juga diistilahkan dengan tenaga pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuannya berusah ...
-
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Rasa mulas m elilit-lilit. Kening berkerut. Mulut mengucapkan kata Allah untuk menahan rasa sakit. “ Subhanallah!” jerit nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar