Buat : Bang Wisnu Pamungkas
Oleh: M. Saifun salakim
Cengkrama ini terus saja menulisi hari-hari
Dalam cerita sejarah untuk menciptakan pedoman yang baik
Walau kepekatan hari terlalu garang menghapus memori arti
Mengabaikan kenyataan yang enak -enak
Diungkapkan dalam denyar-denyar pergulatan otak
Terus bergerak seputaran jarum jam menikam jantung
Busa demi busa obrolan mengalir sederas air
Selalu kita reguk dengan tak bosan-bosannya
Walau saat ini sedang terjadi kemarau panjang
Di samping sebelah kita rumah makan berteriak menyapa
“Makanlah aku. Sudahi kelaparanmu dengan kekenyangan.”
Cengkrama ini masih saja menanamkan urat akarnya
Menjalari tanah-tanah kelembutan sepasang nada-nadi
Bernama merkuri dan lampu jalanan yang condong ke kanan
Dengan masih menyisakan sebuah kenangan
Untuk disimpan dalam serabutan memori sejengkal mati
Hari ini dan seterusnya kita berikrar dalam diri
Kita harus menjadi orang terkenal di lapisana bumi mana saja
Lewat perkenalan bait-bait kita yang bertebaran
Menembus awan, langit, sungai, samudera
Bahkan menjamah angin yang tak menampakkan wajahnya
Rumah Sendiri (PTK), 17072007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Oleh : Sarifudin, S.Pd. Guru bisa juga diistilahkan dengan tenaga pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuannya berusah ...
-
Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh Menjemput ji...
-
Rasa mulas m elilit-lilit. Kening berkerut. Mulut mengucapkan kata Allah untuk menahan rasa sakit. “ Subhanallah!” jerit nya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar