Kamis, 13 September 2007

Saudara Renta

Oleh: M. Saifun salakim

Di simpang jalan kecoklatan meteorit meledak
Tersembur dari inti nuklir kehidupan
Hingga kita terimbas percikan bintang-bintang kecil
Membeset sekujur diri
Menimbulkan bercak-bercak merah hati
Seperti virus ebola melanda dunia
Merestankan bangkai dan tulang yang tergeletak
Tak bermakna
Padahal mereka hanya butuh minuman perasa
Laksana soda melemparkan buih busa
Dalam hembusan angin rapat

Beginilah…… begitulah……
Yang tersembur dari mulutmu berbau wiski
Mengaburkan jiwa bangsaku menjadi narapidana
Mengambang di terali kepedulian kaca mata
Pecah tak bersuara
Walaupun bunga layu luruh dari pepohonan

Lolongan anjing membungkam hari pengemis pusoh
Begitu gigih mengukur jalanan waktu
Telah membeset sekujur tubuh lapuknya
Menyisakan serpihan kehidupannya
Berserakan di limbah pabrik, rumah seribu kaca,
Gedung menjulang langit dan lalu lintas kehidupan
Laksana bidadari kahyangan

Tapi ia tetap terpampang penuh rembulan
Walaupun alam sekitar menyudutkannya
Karena mereka selalu bersembunyi
dalam selimut halimun
Tak mau mendekap saudara rentanya
Tak membuahkan mutiara

Secepatnya kilat aku memantong andang kencana
Menghadapkan mukanya di pangkuan mereka
Dengan mendesirkan kesejukan segala
Bahwa kita juga sumbu pengemis dalam hatinya

Kamar Renungan, 11 Oktober 2001 (21.00)

Tidak ada komentar:

Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh                                        Menjemput ji...