Rabu, 12 September 2007

Elegi Bumi Tercinta

M. Saifun salakim

Taman bumi yang indah
Kamu kencingi menjadi pucat layu
Dengan air manismu yang berbisa
Yang Kamu namakan keadilan

Pohon bumi yang berbuah lebat
Kamu suntik dengan DDT mengenaskan
Menjadi kerdil berbau busuk
Dengan serummu yang mengharum
Yang Kamu namakan kebenaran

Kesuburan padi yang menguning
Di musim kebahagiaan
Karena kamu sebarkan benih-benih
Pasilan dan belalang sangit
Yang menggerogotinya
Dengan memunculkan musim tuarang jauh
Yang kamu namakan kedamaian

Itukah sebuah keadilah?
Di atas tumpukan-tumpukan jerami kering
Di atas jejeran ilalang merantai
Di atas ceceran kesumba yang menangis
Di atas berserakan tulang belulang terbuang percuma
Dan turunnya salju setiap hari

Itukah sebuah kebenaran?
Tersimpan dalam tembok megah
Tersimpan dalam brankas pemain sulap
Terdapat di tebing batu merintih
Dan tersimpan dalam inti kerak bumi
yang menggumpal
Itukah sebuah kedamaian?
Di dalam jiwa yang dihantui mimpi buruk
Di dalam tidur yang tak nyenyak
Di dalam naluri kesetanan
Di dalam kehausan yang merajalela
Dan mendobrakkan pintu yang menggelegar
Terkapar
Mendirikan bulu kuduk
Rasa haru dan rasa ngeri memadu

Sang bumi kian menyesak
Menyesali
Membiarkan kamu bebas berkeliaran di atasnya
Dengan bangga
Dan sang jalanan kian melekang
Terus mengisolir namamu
Karena tak ada kesungguhan dari janjimu
Karena tak ada ketepatan dari sumpahmu

Gelap. Buta. Pekat.
Yang dirasakan bumi oleh ulahmu

Akankah semua terus begini?

Jalan Atot Ahmad, 20 Mei 2001 (14.20)

(Dipublikasikan di Antologi Bianglala 2001)

Tidak ada komentar:

Jingga Aksara Menawan Puisi akrostik dari nama: Musfeptial Karya: Sarifudin Kojeh                                        Menjemput ji...